Tahukah kamu bahwa kini berbagai perusahaan di berbagai negara telah menerapkan sistem jam kerja 8 jam sehari atau 40 jam dalam seminggu? Sistem yang mendukung work – life balance ini merupakan acuan berbagai perusahaan dalam menerapkan standar jam kerja untuk karyawan mereka. Di indonesia penerapan sistem 40 jam kerja ini bervariasi. Beberapa menerapkan 8 jam kerja sehari dengan pembagian 5 hari kerja dan 2 hari libur, sementara ada beberapa perusahaan yang menerapkan 7 jam kerja dengan pembagian 6 hari kerja dan 1 hari libur. Meskipun menerapkan pembagian jam kerja yang berbeda namun pada intinya jam kerja dalam seminggu tidak boleh melebihi dari 40 jam kerja seminggu. Standard ini juga diatur oleh pemerintah indonesia secara jelas dalam undang undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Ada pun sejarah dari jam kerja 8 jam per hari atau 40 jam seminggu ini bermula dari perlawanan panjang yang dilakukan oleh pekerja/buruh. Saat Revolusi Industri di Inggris sekitar abad 18, banyak perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh 100 jam per minggu tanpa libur, atau pekerja/buruh itu bekerja lebih dari 14 jam sehari.
Robert Owen, seorang pengusaha tekstil sekaligus aktivis yang memiliki ide sosialisme menjadi salah satu pionir yang berupaya memperbaiki kondisi kerja di pabriknya. Pria asal Wales itu memangkas waktu kerja buruhnya menjadi 10 jam per hari. Belakangan, dia mempopulerkan cita-cita kerja delapan jam dengan slogan “delapan jam bekerja, delapan jam rekreasi, dan delapan jam istirahat”. Inggris menjadi negara yang pertama yang menerapkan kerja 10 jam sehari khusus perempuan dan anak-anak. Prancis mengikuti untuk seluruh pekerjanya.
Gelombang protes buruh menjalar hingga AS. Serikat buruh terus memberi tekanan kepada perusahaan dan pemerintah untuk mengurangi jam kerja. Hasilnya, perusahaan seperti Ford Motor mulai mengubah jam kerja dengan alasan untuk melindungi kesehatan sekaligus keamanan bagi pekerja. Ide Owen terwujud di AS beberapa dekade kemudian. Slogan Owen digunakan oleh pekerja Amerika selama beberapa tahun setelah Perang Saudara. Pada 1866, upaya politik dari jalur legislasi dilakukan meski gagal. Pada 1867, dewan Illinois AS meloloskan aturan delapan jam kerja sehari meski banyak lubang yang dimanfaatkan perusahaan untuk memaksa pekerja bekerja lebih lama dari delapan jam. Situasi tersebut membuat gerakan buruh 1 Mei atau dikenal dengan sebutan May Day meletus di Chicago, AS. Gerakan ini meluas ke kota-kota lain di AS, bahkan ke Eropa.
Butuh waktu puluhan tahun hingga kebijakan delapan jam kerja diberlakukan. Pada 1940, Kongres AS resmi meloloskan Fair Labor Standards Act yang membatasi jam kerja maksimal 40 jam dan menjadi undang-undang pada 24 Oktober.